Puncak adalah salah satu tempat
wisata yang banyak menjadi incaran sebagian warga ibukota. Setelah lelah
beraktifitas selama 5 hari penuh, tempat wisata ini cukup bisa menjernihkan
kembali fikiran yang hampir separuhnya berisi file-file kerjaan kantor.
Jujur saja,
awalnya saya kurang merekomendasikan tempat ini, seperti menyiksa diri jika harus
berpanas-panas menantang kemacetan hanya untuk menikmati udara dingin.
Tapi demi mengikuti ajakan dari beberapa
teman, akhirnya saya pun memutuskan ikut bergabung menghabiskan akhir pekan disana. Seperti yang kita tahu, Puncak adalah
sebuah daerah dataran tinggi yang dihiasi oleh pegunungan yang indah.
Keberadaannya sudah sangat terkenal baik
oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.
Berpose di Puncak Pass dan menikmati indahnya pemandangan alam.
Sebagian warga
ibukota biasanya menghabiskan weekend di tempat ini. Bukan hanya itu, di Puncak
juga terdapat berbagai macam tempat wisata lainnya, antara lain : Taman safari,
Taman bunga, Telaga warna, Kebun teh, kebun strawberry, bahkan jika sebagian
dari pengunjung ada yang menyukai uji adrenalin maka dapat mencoba tantangan
yang satu ini, yaitu Paralayang. Jika Adzan sudah memanggil, maka jangan khawatir, ditengah keindahan
puncak dan dinginnya hawa pegunungan, berdiri sebuah Masjid kokoh, At Ta'awun.
Kita bisa memenunaikan ibadah sholat di masjid ini, dengan panorama pegunungan
yang luar biasa akan menjadikan kita semakin bersyukur atas nikmat yang telah
diberikan oleh Sang Maha Pencipta. Dipelataran
parkirnya banyak pedagang yang menjajakan dagangan berupa pernak pernik seperti
cincin, gelang, kalung, topi kupluk, syal, bahkan ada kue gemblong dan tentu
saja tak ketinggalan jagung manis bakar.
Bahkan, bara api pembakar jagung pun menjadi
sasaran untuk mengalahkan dinginnya udara puncak.
Dan perlu
diingatkan juga, jika kita ingin bermalam di puncak maka harus selektif memilih
tempat untuk menginap, jangan sampai terjebak menyewa villa yang berlabel
"Plus Plus". Jika kita ingin berwisata ke Puncak di akhir pekan atau
hari libur nasional, maka bersiap-siaplah untuk menghadapi kemacetan yang biasa
terjadi. Karena jelas dihari-hari libur seperti itu akan terjadi lonjakan
pengunjung. Tapi, bagai- manapun lelahnya karna tingkat kemacetan yang terjadi,
akan segera terbayar ketika melihat
secara langsung keindahan puncak, dengan jajaran gunung yang berdiri kokoh
dibawah langit biru tanpa pilar. Benar-benar mahakarya luar biasa dari Allah
SWT. Setelah lelah seharian menikmati dan mengamati suasana puncak, tiba
saatnya untuk memburu obat penawar rasa lapar. Memang di sepanjang jalur
ciawi puncak ini ada beberapa resto terkenal yang bisa dijadikan referensi, diantaranya
: chimory (spesialisasi sosis dan
yoghurt), tahu yun-yi, sate kambing muda H. Kadir, bumi aki, café gumati, dan
masih banyak lagi yang tentu saja tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.
Tapi salah seorang teman justru menawarkan sesuatu yang terdengar asing di
telinga, yaitu ikan patin bakar bambu. Jujur saja, saya nyaris tidak bisa
menahan air liur. Rasa penasaran pun mendorong saya untuk mencari lokasi
keberadaan si penggoda selera. Cukup menjadi alasan untuk mengesampingkan dulu
jadwal diet.
KARIMATA : Tetap semangat bergaya meski sedang dalam
penantian, menikmati
ikan patin bakar bambu yang bercita rasa tinggi.
Dan ternyata
lokasi si patin penggoda berada di kawasan sentul city. Dari puncak saya masuk
GT ciawi dan keluar di GT sentul selatan. Persis di depan jalan masuk menuju
Perumahan Az-Zikra, saya menangkap sebaris kalimat yang tertera besar di
plang "Ikan Patin Bakar Bambu Karimata". Tapi sayangnya, saya belum mengetahui
aturan di sini. Ternyata jika berburu di akhir
pekan, maka harus melakukan pemesanan 2 jam sebelumnya, bisa di
bayangkan betapa laris manisnya.
Ikan patin bakar
bambu, dan sambal mangga sebagai pelengkapnya.
Dan akhirnya
dengan kesabaran tingkat tinggi, si dia yang dinanti-nantikan pun tiba di meja
hidangan. Hmmm… tajamnya aroma khas bambu bakar
langsung menyerang indera penciuman. Saat
bambu pe- nutup dibuka, si patin yang masih utuh ternyata masih bersembunyi di
balik selimut daun pisang. Wah lagi-lagi aromanya membuat saya segera menelan
ludah. Dan tangan kreatif saya pun mulai terampil membuka daun pisang dan
dengan segera menyendok sepotong ikan dan menempatkannya dipiring. Kekentalan
bumbunya yang khas membuat saya menebak-nebak apa kira-kira kolaborasi bahan
yang terkandung didalamnya. Rasa manis asam, asin, dan pedas berpadu dengan
lembutnya tekstur daging ikan patin si penggoda. Awalnya, saya pikir ikan
sebesar itu tidak akan mampu kami habiskan bersama. Tapi ternyata, semua amblas
dan ludes disikat tanpa sisa. Bahkan, bumbunya yang masih tersisa di dalam bambu
pun masih saja di colek dan dibesihkan dengan penuh ketelitian sampai daun pisangnya
benar-benar terlihat tanpa bekas, benar-benar cita rasa yang luar biasa. Wah ini
sungguh akhir pekan yang sangat mengesankan.
Semoga
pengalaman yang saya ceritakan kembali ini
dapat menjadi referensi buat teman-teman yang masih bingung menentukan tujuan untuk
berakhir pekan. Dan jangan lupa juga untuk mencoba kuliner yang saya tawarkan
melalui pengalaman ini. Semoga dapat bermanfaat.