Sabtu, November 17, 2012

Menikmati Puncak dan Wisata Kulinernya



Puncak adalah salah satu tempat wisata yang banyak menjadi incaran sebagian warga ibukota. Setelah lelah beraktifitas selama 5 hari penuh, tempat wisata ini cukup bisa menjernihkan kembali fikiran yang hampir separuhnya berisi file-file kerjaan kantor.

Jujur saja, awalnya saya kurang merekomendasikan tempat ini, seperti  menyiksa  diri  jika  harus berpanas-panas menantang kemacetan hanya untuk menikmati  udara  dingin. Tapi demi mengikuti ajakan dari  beberapa teman, akhirnya saya pun memutuskan ikut bergabung menghabiskan akhir pekan  disana. Seperti yang kita tahu, Puncak adalah sebuah daerah dataran tinggi yang dihiasi oleh pegunungan yang indah. Keberadaannya  sudah sangat terkenal baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.

                 
Berpose di Puncak Pass dan menikmati indahnya pemandangan alam.

Sebagian warga ibukota biasanya menghabiskan weekend di tempat ini. Bukan hanya itu, di Puncak juga terdapat berbagai macam tempat wisata lainnya, antara lain : Taman safari, Taman bunga, Telaga warna, Kebun teh, kebun strawberry, bahkan jika sebagian dari pengunjung ada yang menyukai uji adrenalin maka dapat mencoba tantangan yang satu  ini, yaitu  Paralayang. Jika Adzan sudah memanggil,  maka jangan khawatir, ditengah keindahan puncak dan dinginnya hawa pegunungan, berdiri sebuah Masjid kokoh, At Ta'awun. Kita bisa memenunaikan ibadah sholat di masjid ini, dengan panorama pegunungan yang luar biasa akan menjadikan kita semakin bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Sang  Maha Pencipta. Dipelataran parkirnya banyak pedagang yang menjajakan dagangan berupa pernak pernik seperti cincin, gelang, kalung, topi kupluk, syal, bahkan ada kue gemblong dan tentu saja tak ketinggalan jagung manis bakar. 

Bahkan, bara api pembakar jagung pun menjadi sasaran untuk mengalahkan dinginnya udara puncak.

Dan perlu diingatkan juga, jika kita ingin bermalam di puncak maka harus selektif memilih tempat untuk menginap, jangan sampai terjebak menyewa villa yang berlabel "Plus Plus". Jika kita ingin berwisata ke Puncak di akhir pekan atau hari libur nasional, maka bersiap-siaplah untuk menghadapi kemacetan yang biasa terjadi. Karena jelas dihari-hari libur seperti itu akan terjadi lonjakan pengunjung. Tapi, bagai- manapun lelahnya karna tingkat kemacetan yang terjadi,   akan segera terbayar ketika melihat secara langsung keindahan puncak, dengan jajaran gunung yang berdiri kokoh dibawah langit biru tanpa pilar. Benar-benar mahakarya luar biasa dari Allah SWT. Setelah lelah seharian menikmati dan mengamati suasana puncak, tiba saatnya untuk memburu  obat  penawar rasa lapar. Memang di sepanjang jalur ciawi puncak ini ada beberapa resto terkenal yang bisa dijadikan referensi, diantaranya : chimory (spesialisasi sosis dan yoghurt), tahu yun-yi, sate kambing muda H. Kadir, bumi aki, café gumati, dan masih banyak lagi yang tentu saja tidak mungkin saya sebutkan satu persatu. Tapi salah seorang teman justru menawarkan sesuatu yang terdengar asing di telinga, yaitu ikan patin bakar bambu. Jujur saja, saya nyaris tidak bisa menahan air liur. Rasa penasaran pun mendorong saya untuk mencari lokasi keberadaan si penggoda selera. Cukup menjadi alasan untuk mengesampingkan dulu jadwal diet.


                  
KARIMATA : Tetap semangat bergaya meski sedang dalam penantian, menikmati ikan patin bakar bambu yang bercita rasa tinggi.

Dan ternyata lokasi si patin penggoda berada di kawasan sentul city. Dari puncak saya masuk GT ciawi dan keluar di GT sentul selatan. Persis di depan jalan masuk menuju Perumahan Az-Zikra, saya menangkap sebaris kalimat yang tertera besar di plang "Ikan Patin Bakar Bambu Karimata". Tapi sayangnya, saya belum mengetahui aturan di sini. Ternyata jika berburu di akhir  pekan, maka harus melakukan pemesanan 2 jam sebelumnya, bisa di bayangkan betapa laris manisnya. 

Ikan patin bakar bambu, dan sambal mangga sebagai pelengkapnya.

Dan akhirnya dengan kesabaran tingkat tinggi, si dia yang dinanti-nantikan pun tiba di meja hidangan. Hmmm… tajamnya aroma khas bambu bakar  langsung menyerang indera penciuman. Saat bambu pe- nutup dibuka, si patin yang masih utuh ternyata masih bersembunyi di balik selimut daun pisang. Wah lagi-lagi aromanya membuat saya segera menelan ludah. Dan tangan kreatif saya pun mulai terampil membuka daun pisang dan dengan segera menyendok sepotong ikan dan menempatkannya dipiring. Kekentalan bumbunya yang khas membuat saya menebak-nebak apa kira-kira kolaborasi bahan yang terkandung didalamnya. Rasa manis asam, asin, dan pedas berpadu dengan lembutnya tekstur daging ikan patin si penggoda. Awalnya, saya pikir ikan sebesar itu tidak akan mampu kami habiskan bersama. Tapi ternyata, semua amblas dan ludes disikat tanpa sisa. Bahkan, bumbunya yang masih tersisa di dalam bambu pun masih saja di colek dan dibesihkan dengan penuh ketelitian sampai daun pisangnya benar-benar terlihat tanpa bekas, benar-benar cita rasa yang luar biasa. Wah ini sungguh akhir pekan yang sangat mengesankan.

Semoga pengalaman yang saya ceritakan kembali ini  dapat menjadi referensi buat teman-teman  yang masih bingung menentukan tujuan untuk berakhir pekan. Dan jangan lupa juga untuk mencoba kuliner yang saya tawarkan melalui pengalaman ini. Semoga dapat bermanfaat.