Minggu, Desember 12, 2010

Ciri-Ciri Iklan

Source: Johny Herfan's Blog



Berikut ini tampilan tren iklan dan bisnis pada era TIK (teknologi informasi dan komunikasi) atau ICT (information and communication technology). Dengan kata lain, ciri-ciri iklan yang menarik hati pelanggan dapat dicermati seperti berikut ini.


 1.      Iklan bertanda asterisk (*)Iklan ini termasuk iklan menipu dan biasanya dengan tanda asterisk (*). Kalau tampak dari kejauhan sejauh mata memandang, atau kalau sekilas waktu baca dan waktu lihat, maka tanda asterisk ini enggak “bunyi”.  Justru pengiklan yang tak beretika memang bermaksud mengecoh konsumen. Oleh karena itu, tanda asterisk (*) jadi obat penawar yang mujarab.


 2.  Iklan inden (dan berhadiah)
Nah, ini dia ada iklan terbaru dengan mobil dan motor terbaru, terkini, terandal. Sekarang cobalah amati dengan cermat, selain bisa inden, artinya pembeli bisa pesan dulu, eh ndilalah berhadiah pula. alamak.Puri gonggo, kelelawar bulu kuduk, gajah bleduk, itu iklan betul-betul akal-akalan pengiklan memasuki era TIK. Dahsyat sekali pengaruh iklan produk inden! Calon pembeli sungguh-sungguh terpuaskan membeli produk yang belum ada barang. Di tangan produsen barang yang dijual sebetulnya belum ada, kalau toh ada sebagai sample atau contoh produk. Lantas, sebagai tanda jadi atas pembelian barang yang ditawarkan, patut dan sepantasnya pembeli menerima hadiah. Busyettt, …. luarbiasa. Strategi pengiklan yang strategis dan jitu. Biasanya strategi penjual memuaskan dan mengikat pembeli membuat produsen memiliki modal usaha dan modal kerja diawal. Vitamin D alias duit yang masuk dari barang inden sudah cukup untuk mengetahui jumlah mobil dan motor yang harus diproduksi, misalnya. 


 3.  Iklan berhadiah bagi 1.000 pembeli pertama
Bagi seribu pembeli pertama pastilah hadiah siap ditangan. Jangan ragu, berapa pun pembeli yang masuk ke penjual, jumlah seribu cukup sulit mendeteksinya. Apalagi kalau unit usaha bercabang-cabang. Hadiah menyebar ke pembeli belum bisa merata, kalau hadiah habis, penjual bisa meminta lagi ke cabang yang lain. Pokoknya, seribu pembeli pertama tampaknya tiada hitungan yang masuk akal. Alat ukur yang dipakai untuk mengetahui seribu pembeli pertama tercapai masih masuk kategori akal-akalan penjual plus pengiklan. 


  4. Iklan bersyarat dan ketentuan berlaku
Teks syarat dan ketentuan berlaku letaknya tersimpan, di sudut, di tengah, dan kecil ukuran jenis hurufnya. Pembeli mula-mula senang begitu iklannya merasuk ke relung hati  hingga sampai pada rencana atau respons untuk memiliki barang. Namun, ketika tiba pada ayat syarat dan ketentuan berlaku, banyak calon pembeli jadi kecewa ketika ketentuan dan syarat itu tidak ada pada diri pembeli. Apa lacur, si calon pembeli sudah ada di depan penjual, ….


 5. Iklan berbonus pulsa
Lagi-lagi daya tarik iklan dengan memberi bonus pulsa kian  menjadi-jadi. Sekali kirim surat-menyurat singkat atau SMS dengan vendor atau operator, bonus pulsa ada ditangan. Bonus ada ditangan setelah kirim-mengirim berkali-kali atau terjadi jika pengirim menjawab pertanyaan yang muncul dari perusahaan penyelenggara. Kalau pengirim menuruti perintah dengan teratur, bonus barulah diberikan. Jenis bonus ini tidak konkret karena pengirim wajib menunggu otorisasi penyelenggara. 


 6. Iklan hanya barang tertentu

Sale 50% wah gede banget, lumayanlah. Harga sepatu asli buatan negeri paman Sam berbanderol Rp300.000, misalnya kalau diskon 50% bukan main murahnya. Pola iklan ini mujarab untuk mengecoh calon pembeli. Setelah menimang-nimang, menimbang-nimbang, akhirnya memilih barang yang cocok, sampai di kasir bukan rasa senang yang muncul, melainkan rasa kecewa. Apalagi kalau rasa kecewa ini baru muncul di rumah kediaman atau tempat tinggal alias saat tiba di rumah. Dua kali lipat rasa kecewa muncul. Begitu komplain, balik lagi ke penjual, ternyata betullah harga yang digesek berlaku tanpa diskon. Lalu telusuri saja kenapa hal itu terjadi? Jawabannya mudah saja. Diskon hanya berlaku pada produk tertentu. Cuma teks produk tertentu seperti tampak pada dua foto di atas karya Wisnu Nugroho, redakturInfo Komputer di Wisma Kota BNI 46 Jenderal Sudirman Jakarta sebagai bukti iklan atau billboard/poster pengecoh untuk calon pembeli yang salah alamat, tapi sudah sudi mampir di gerai penjual berdiskon gede.
Prinsip pembeli sebetulnya mudah saja kalau berhasrat menginginkan barang dengan harga diskon. Belilah barang yang benar-benar sudah tahu dan perlu untuk dimiliki. Tanpa pengetahuan dan keperluan yang mumpuni, pembeli sering “tertipu”. Pokoknya, mana ada penjual yang mau merugi atas barang dagangan yang dijajakan, sekecil apa pun ongkos yang mesti dikeluarkan untuk beriklan.

Untuk menyampaikan maklumat berkesan

Pemberitahuan fakta yang jelas amat dipentingkan
Ayat ringkas dan pendek (banyak guna kata sifat)
Sifat bahasa adalah imaginatif dan kreatif
Penggunaan bahasa retorik
Tidak mementingkan tatabahasa
Guna pernyataan tertentu  

Source: Klubdisainer

a. Simple (S)

Simple artinya sederhana. Untuk brand baru kesederhanaaan ini dipahami sebagai "dapat dimengerti sekali lihat".

b. Unexpected (U)

Unexpected artinya tidak terduga. Di tengah derasnya arus iklan yang kita lihat setiap harinya, iklan yang baik adalah iklan yang idenya tidak terduga, di luar bayangan kita sehingga kita berdecak kagum. Iklan seperti ini akan selalu diingat dan menjadi the top of mind, paling tidak dalam segmentnya.

c. Persuasive (P)

Persuafif disebut juga dengan daya bujuk, yang berarti mempunyai kemampuan menyihir orang untuk melakukan sesuatu. Iklan yang berpersuasif mampu menggerakkan konsumen untuk mendekatkan diri dengan brand dan tertarik untuk mencobanya.

d. Entertaining (E)

Pernahkah Anda merasa kesal menonton iklan? Ataukah Anda merasa seperti dibodohi, dipaksa, dan merasa waktu Anda sia-sia untuk melihat iklan? Atau sebaliknya, Anda merasa terhibur ketika melihat sebuah iklan, berdecak melihatnya, dan ingin melihat lagi gambar atau tayangan iklan tersebut?
Dalam era yang sudah over comunication dan juga over iklan ini, pembuat iklan harus kreatif. Jangan sampai pesan yang kita sampaikan dalam iklan, menjadi tidak tersampaikan karena konsumen merasa kesal melihat iklan yang ditayangkan. Lebih lagi, jika kita menginginkan iklan yang kita buat teringat di benak konsumen.
Iklan yang standar mungkin tidak mengesalkan hati konsumen, namun iklan itu juga tidak akan tertanam dalam benak konsumen. Sebaliknya, iklan yang baik akan tertanam di benak konsumen. Iklan -iklan tersebut mengandung unsur hiburan. 

e. Relevevant (R)

Dalam beriklan, kita dituntut untuk kreatif. Penyampaian iklan tidak harus lugas menunjukkan persuafif agar konsumen segera menggunakan iklan yang kita tawarkan. Iklan yang baik harus memnggunakan berbagai gaya berbahasa: asosiasi, analogi, hiperbola, metafora, dan lain-lain. Atau dengan kata lain, iklan bolehlah melantur kemana-mana, dengan syarat harus relevan.
Iklan yang baik harus dapat dipertanggungjawabkan, harus tetap dapat dirasionalisasi, harus ada hubungan dengan brand dari produk yang kita iklankan.Iklan harus relevan dgn brand, baik brand positioning, maupun brand personality.
Eksekusi (produksi) dari iklan harus diperuntukkan untuk brand. Sekali lagi brand adalah hero, brand adalah panglima. Dan, iklan harus relevan dengan brand.

f. ACCEPTABLE (A)

Unsur acceptable atau penerimaan sangat berkaitan dengan budaya yang berlaku di masyarakat. Membandingkan secara langsung produk kompetitor dengan produk yang kita iklankan, dirasa tidak dapat di terima oleh masyarakat. Begitu juga dengan iklan yang menampilkan kekerasan.
Iklan yang baik, adalah iklan yang dapat diterima oleh masyarakat, sesuai dengan nilai budaya setempat. Kode Etik Periklanan dan Undang-undang tentang perlindungan konsumen merupakan kesepakatan yang memcerminkan kepentingan masyarakat. Janganlah iklan melanggarnya. Meskipun demikian, terdapat beberapa bagian dari kesepakatan itu yang bersifat grey area, sehingga susah dijadikan pegangan. Untuk itu, berpeganglah pada hati nurani. Kita dianugerahi Tuhan sebuah hati nurani yang mampu menuntun kita untuk menilai apakah iklan yang kita buat, sesuai atau tidak dengan nilai-nilai budaya di masysrakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar