Sabtu, Desember 11, 2010

Kegaduhan di Busway

Suatu petang ketika orang-orang sedang sibuk berebut waktu untuk segera pulang ke rumah masing-masing setelah melakukan rutinitas pekerjaannya, di sebuah halte busway terlihat seorang bapak dengan tiga anaknya yang masih kecil-kecil. Mereka sedang menunggu datangnya busway yang sebentar lagi akan membawa mereka pulang. Ketiga anak itu berusia sekitar 8 thn, 5 thn dan 3 thn. Anak terkecil bagaikan seorang putri, ia begitu cantik dalam dekapan sang bapak. Sedangkan kedua anak lainnya yang putra, terlihat bermain-main kesana kemari. Itulah ciri khas anak-anak di seantero dunia, selalu sama dan ternyata tidak ada undang-undang manapun yang memerintahkan untuk membuat mereka terlihat begitu sama bukan?
Tibalah saatnya busway yang ditunggu datang. Para penumpang pun seperti robot yang di remote control dan diperintahkan sama, bergegas menuju pintu masuk busway, termasuk sang bapak dan ketiga anaknya. Kemudian keluarga itu dapat duduk di kursi busway yang disusun seperti kereta api listrik (KRL). Lalu kedua anak laki-laki tersebut beranjak dari kursinya dan bermain petak umpet di sela-sela tubuh orang dewasa yang sebagian besar mengisi ruang busway itu. Mereka bermain sambil berteriak-teriak girang, si putri kecil yang memperhatikan ulah kedua kakaknya pun ikut berteriak dan tertawa.
Terlihat beberapa penumpang yang kelelahan nampak wajahnya menjadi begitu muram, mereka merasa sangat tidak nyaman dengan kegaduhan itu. Hingga akhirnya ada seorang penumpang pria yang ketus menyatakan protesnya kepada sang bapak, " Pak, tolong anaknya bisa diatur tidak, disini kan penumpang juga ingin tenang. Sudah capek dari kerja, eeehh pulang kok masih saja ada yang ganggu." Lalu sang bapak sambil menggendong anak putrinya pun tersenyum tulus sembari menjawab, " Sebelumnya, maafkan kelakuan anak-anak saya ya mas, Ibu mereka baru saja meninggal sore ini di rumah sakit dan saya belum mengatakan hal menyakitkan ini kepada mereka, nanti setelah sampai rumah saat mereka selesai mandi dan sholat barulah saya akan mengatakannya. Biarlah mereka merasakan kegembiraan sesaat yang menjadi haknya, karena saya merasa mereka akan banyak kehilangan begitu banyak kebahagiaan setelah tahu bahwa ibu yang biasa mengasuh mereka dan menyayanginya setiap saat sudah tidak bersama mereka lagi untuk selamanya. Mas tidak keberatan kan kalau mereka bermain-main sebentar saja di bus ini?"
Mendengar apa yang baru saja dibicarakan sang bapak, sebagian para penumpang yang mendengarnya lalu terdiam dan merenung, termasuk pria yang baru memprotesnya dengan ketus. Tiba-tiba mereka teringat akan ibu mereka, teringat akan kasih sayangnya, teringat akan kesalahan-kesalahan yang sudah mereka perbuat. Diam-diam diantara mereka ada yang mengambil handphone disaku celananya, lalu jari jempolnya mengetik huruf demi huruf yang terangkai menjadi sebaris kalimat : " Ibu, apa kabar? Besok pagi saya mau pulang menjenguk ibu. Maafkan segala salah saya Bu." Kemudian dia mengirimkan sms itu ke nomor ibunya sambil berharap semoga ia masih diberi kesempatan berjumpa dengan ibunya esok hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar