Semua hati pasti akan merasa siap saat hubungan yang dijalani bersama seseorang berjalan mulus bak jalan tol tanpa lubang. Tapi, bagaimanakah jika ternyata banyak kerikil tajam yang siap menghambat perjalanan untuk sementara, atau bahkan membuat kita berhenti ditengah jalan dan berputus asa untuk tidak meneruskannya lagi?
Seperti itulah hidup... selalu mencoba membangun pondasi cinta dengan bahan dasar kasih sayang dan kepercayaan.
Namun, jika suatu hari ternyata cinta itu bernoda dan tak lagi terjaga, kemana hati akan dibawa pergi?
Rasanya tidak ada lagi kata yang lebih lembut dan enak di dengar untuk menggantikan satu kata ini: "Pengkhianatan", ada semacam momok mengerikan yang terkandung dibalik maknanya, terutama buat siapapun yang pernah bersanding dengannya dalam hidup.
Lalu apa yang terjadi dengan hati yang terlanjur terluka?
Sebagian dari mereka berfikir, mengakhiri hidup adalah jawaban terbaik, tanpa mereka tau bahwa sebenarnya itu adalah awal dari masalah baru yang akan di pertanggungjawabkan di akherat Allah Ta'ala.
Namun, ada juga yang berfikir pengkhianatan dibalas dengan pengkhianatan, sekedar sebagai penawar rasa sakit dan melunasi rasa kecewa. Mencoba mencari cinta dari hati lain yang berbeda, menghalalkan apa saja demi menyempurnakan pembalasan atas rasa sakit. Rela mengesampingkan beribu kebahagiaan yang telah tercatat tanpa batasan waktu, hanya demi setitik cinta yang baru.
Tanyakan pada hati, adakah kebahagiaan baru yang di temui disana? Jawablah dengan perasaan yang tulus tanpa amarah dan dendam..."Tidak ada" adalah jawaban pasti tanpa keraguan.
Andai "Maaf" itu mempunyai harga tinggi, pasti si pembuat salah akan rela mengeluarkan banyak uang untuk membelinya demi menebus satu titik kesalahan yang telah menghapus seribu kebaikan dalam dirinya.
Untukmu, hati yang sedang rapuh...
Jangan biarkan luka itu berteduh disudut hati, ditemani oleh kecewa, diselimuti amarah yang berpegangan erat dengan rasa kecewa. Undanglah maaf itu untuk datang ke hatimu, tawarkan tempat untuknya tinggal dan menetap tanpa batasan waktu. Biarkan sedikit demi sedikit dia berteman dengan luka, kecewa, amarah dan dendam.
Bukalah hati seluas-luasnya, yakinkan pada dunia bahwa hidup belum berakhir. Masih ada jalan untuk terus melangkah tanpa harus memalingkan pandangan kebelakang. Jadikan pelajaran hidup agar lebih mendekatkan diri pada Sang Pemilik Hidup, Allah Ta'ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar